EL-HIDAYAH: The Column of Personal Activity

This blog [el-hidayah] contains my works. And this is my column of personal activity. Thank you blogger.com

My Photo
Name:

Hidayatullah Ismail, born on monday, 27 Muharrom 1400 H was awarded a Lc degree in faculty of ushuluddin from Islamic University of Madinah Munawwaroh, Saudi Arabiah in 2004. Before leaving home for Saudi Arabiah in 1998, I was completed my Senior Secondary School at Pondok Pesantren Dar El-Hikmah in 1998, Pekanbaru and my Junior High School in 1995. and my Elementary School at SDN No.027 Gema in 1992. The last still in Kecamatan kampar kiri hulu, my homevillage in the Province of Riau. On 10 July 1998, I Joined entry test to get schoolarship for studying at Islamic University in Madinah Nabawiah, Sauadi Arabiah, which is hold at Islamic Boording school, Gontor. In 1999, I was passed the test for getting schoolarship at Islamic University of Madinah, at the time we were 30 persons. My agenda launched and released below is dedicated to my beloved one who wants to know more about myself personally. Here, everyone are welcoming to visit all the corners of my personal blog at www.el-hidayah.blogspot.com. And then have a nice journey for reading my personal activity … … …

Sunday, December 04, 2005

Ahli Tafsir Terkenal Dari Kalangan Shahabat

Oleh: Hidayatullah Ismail,Lc

Beberapa shahabat dikenal sebagai ahli tafsir, sebagaimana yang disebutkan as-Suyuthy dalam al-Itqon adalah empat khalifah Islam; Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan ‘Aly, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin sabit, Abu musa Al’asy’ari, Abdullah bin zubair.

Hanya saja riwayat mengenai tiga orang pertama (selain ‘Aly) tidaklah terlalu banyak karena kesibukan mereka mengurusi pemerintahan (kekhalifahan), di samping masih belum diperlukan adanya riwayat mengenai hal itu karena begitu banyaknya kalangan para shahabat yang memahami tafsir, sedangakan Aly bin Abi Tholib adalah kholifah yang paling banyak meriwayatkan tafsir karena beliau tidak sibuk mengurusi pemerintahan (kekhilafahan) dalam kurun waktu yang panjang, sehingga akhir masa pemerintahan Usman, dan karena beliau memeliki umur yang panjang dan menghadapi suatu masa dimana masyarakat membutuhkan orang yang menafsirkan Ayat-ayat Alquran, disebabkan oleh meluasnya negara islam dan masuknya orang-orang asing dalam agama Islam.

Di antara kalangan para shahabat yang dikenal sebagai ahli tafsir juga adalah ‘Abdullah bin ‘Abbas. ‘Abdullah bin Mas’ud dan Ubai bin Ka’ab, karena kuatnya bahasa mereka, menguasai uslub-uslub bahasa arab dengan baik,dan mulazamah Nabi SWA sehingga mereka tahu kejadian-kejadian (Asbab nuzul) dari setiap ayat yang turun, hanya saja Ibnu Abbas tidak mulazamah Nabi SAW ketika syababnya, karena Nabi SAW meninggal dunia ketika dia berumur 13 tahun, akan tetapi beliau mulazamah para sahabat mengambil dan meriwayatkan tafsir dari mereka.

Berikut riwayat hidup singkat ‘Aly Bin Abi Tholib, ‘Abdullah bin Mas’ud, ‘Abdullah bin ‘Abbas dan Ubai Bin Ka’ab.

1. ‘ALY BIN ABI THALIB RA
Beliau adalah anak paman Rasulullah SAW (sepupunya) dan suami dari anaknya, Fathimah, alias menantunya serta orang yang pertama-tama beriman dengannya dari kalangan keluarga dekatnya,ia salah satu dari sepuluh yang di janjikan masuk surga, ikut hijroh kemadinah, kholifah pertama dari bani hasyim, urutan keempat dari kholifah rosyidin, memiliki keutamaan yang tidak dimiliki yang lainnya, wara’ dalam urusan agama, zuhud dalam urusan dunia. Ia lebih dikenal dengan nama ini sedangkan Kun-yah (sapaan) nya adalah Abu al-Hasan dan Abu Turab.

Dilahirkan sepuluh tahun sebelum diutusnya Nabi SAW sebagai Nabi, tergambleng di sisi Nabi SAW, mengikuti semua peperangan Rasulullah SAW dan pemegang panji di sebagian besarnya Rosulullah berkata di perang khaibar: “akan saya berikan bendera perjanjian pada leleki yang mencitai Allah dan Rosulnya, dan di cintai Allah dan Rosulnya kemudian dia berikan pada Aly”. serta tidak pernah mangkir kecuali pada perang Tabuk karena diminta Nabi tinggal untuk menjaga keluarga beliau. Ketika itu, beliau SAW berkata kepadanya, “Tidakkah engkau rela kedudukanmu bagiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa? Hanya saja, tidak ada Nabi setelahku.”

Manaaqib (sisi positif dari kehidupan seseorang)

keutamaannya banyak sekali diriwayatkan, tidak seperti para shahabat lainnya. Ditanganya-lah dua kelompok berhasil dihancurkan, yaitu: pertama kelompok an-Nawaashib yang menancapkan permusuhan terhadapnya dan berusaha meyembunyikan sama sekali sisi positif dari kehidupannya. Kedua, Kaum Rafidlah (Syiah Ekstrem) yang berlebih-lebihan –menurut klaim mereka- dalam mencintainya dan membikin-bikin saja sisi positif kehidupannya yang tidak semestinya bahkan bila direnungi, malah banyak cacatnya (tidak benar).

Beliau RA terkenal sebagai seorang yang pemberani dan pintar, berilmu dan berhati suci, faseh lisan serta pandai berkhotbah dan mahir dalam syi’ir, sering jadi rujukan para sahabat, pernah diutus Nabi untuk menyelesaikan perkara di yaman dan mendokannaya: “Ya Allah kuatakanlah lisannya dan limpahkan hidayahmu pada hatinya” Maka, tidak heran bilamana ‘Umar bin al-Khaththab RA berharap agar jangan sampai bila menghadapi suatu rintangan tanpa keberadaan Abu Hasan. Para Ahli Nahwu mengungkapkannya dengan istilah, “Masalah yang tanpa Abu Hasannya.” (alias menunjukkan betapa penting perannya-red.,)

Ia salah seorang dari anggota dewan syuro yang dinominasikan ‘Umar guna menunjuk khalifah. ‘Abdurrahman menawarkan jabatan itu kepadanya namun ia menolaknya kecuali dengan syarat-syarat yang sebagiannya tidak dapat diterimanya, kemudian dia (‘Abdurrahman bin ‘Auf) membai’at ‘Utsman, kemudian ‘Ali dan orang-orang pun membai’atnya. Setelah ‘Utsman, ia dibai’at untuk menjabat sebagai khalifah hingga terbunuh sebagai syahid di Kufah pada malam 17 Ramadlan tahun 40 H.


Kedudukan dalam Tafsir

Ibn ‘Abbas RA berkata, “Bila ada riwayat dari periwayat Tsabat (yang dapat dipercaya) yang meriwayatkan dari ‘Aly, maka kami tidak akan mengambil yang lainnya.”

Diriwayatkan juga darinya (Ibn ‘Abbas) bahwasanya dia berkata, “
Apa yang aku ambil dari tafsir Qur’an, maka pastilah ia dari ‘Aly bin Abi Thalib”.

Abu Nua'im meriwayatkan dalam Hilyah, Aly Bin Abi Tholib berkata:
demi Allah tidak satu ayatpun yang turun kecuali aku tahu pada siapa ia turunkan dan di mana ia di turunkan.

Abu Thufail meriwayatkan dari ‘Aly RA, bahwasanya dia pernah berkata:“
Tanyakan kepadaku, tanyakan kepadaku, tanyakan kepadaku tentang Kitabullah. Demi Allah, tidak satu ayat pun kecuali aku mengetahui apakah diturunkan pada malam atau siang hari, di tanah yang datar atau dipegunungan ”

Ibnu Mas’ud meriwayatkan: “
Alquran di turunkan atas tujuh huruf, setiap huruf memiliki makna zohir dan batin, dan Aly Bin bi Tholib memahami kedua ma’nanya”.

Riwayat Tafsir

Banyak riwayat tafsir dari Aly Bin Ali Tholib RA, setelah dilakukan penelitian para ulama (membedakan antara yang benar dan cacat-red), maka jumlah riwayat yang Shoheh jika di bandingkan dengan riwayat yang di nisbatkan padanya sangat sedikit, hal itu di karenakan sikap syiah ekstrim yang berlebi-lebihan –menurut klaim mereka- dalam mencintainya, memberikan pujian padanya, dan mengada-ngada sisi positif kehidupannya yang tidak semestinya bahkan bila direnungi, malah banyak cacatnya (tidak benar), atau untuk mempromosikan mazhab mereka, dan kerusakan pemikiran mereka.

Para ulama tidak menerima riwayat yang di nisbatkan pada Aly Bin Abi Tholib kecuali dari perawi yang siqoh (terpecaya) dari keluarganya atau dari Ashab Ibnu Mas’ud, berikut riwayat yang benar dari Aly Bin Aly Abi Tholib:

A. Dari Hisyam, Muhamad Ibn Sirin, Ubaidah Assalmani, Aly (diriwayatkan Bukhori dan yang lainnya)
B. Dari Ibnu Abil Husain, Abi Thufail, Aly (diriwayatkan Ibnu Uyainah dalam tafsirnya)
C. Dari Zuhri, Aly Zainal Abidin, bapaknya Husain dan bapaknya Aly.

2. ‘ABDULLAH BIN MAS’UD RA

Beliau adalah ‘Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil al-Hadzaly sedangkan ibunya Ummu ‘Abd yang terkadang nasab beliau dinisbatkan kepadanya*.

Ia merupakan salah seorang dari orang-orang yang masuk Islam terdahulu, berhijrah dua kali, mengalami sholat kedua kiblat dan ikut serta dalam perang Badar dan peperangan setelahnya.

Ia mengambil al-Qur’an dari Nabi SAW sebanyak tujuh puluh-an surat. Pada permulaan Islam, Nabi SAW pernah berkata kepadanya, “Sesungguhnya engkau adalah si anak yang (berpredikat) pengajar.” Beliau juga bersabda, “Barangsiapa yang ingin membaca al-Qur’an dalam kondisi masih segar sebagaimana diturunkan, maka bacalah sesuai bacaan Ibn Ummu ‘Abd.”(Sunan Ibnu Majah)

Di dalam shahih al-Bukhari disebutkan bahwa Ibn Mas’ud RA berkata, “Para shahabat Rasulullah SAW telah mengetahui bahwa aku adalah orang yang paling mengetahui mengenai Kitabullah di kalangan mereka.” Dalam momen yang lain, ia berkata, “Demi Allah Yang Tiada Tuhan –yang berhak disembah- selain-Nya, tidaklah satu surat pun dari Kitabullah yang diturunkan melainkan aku mengetahui di mana ia diturunkan dan tidaklah satu ayat dari Kitabullah yang diturunkan melainkan aku mengetahui pada siapa ia turun. Andaikatan aku mengetahui ada seseorang yang lebih mengetahui dariku mengenai Kitabullah di mana untuk mencapainya harus menggunakan onta (kendaraan), maka pasti aku akan berangkat ke sana.”

Ia termasuk Orang yang mengabdi kepada Nabi SAW, yang memasangkan kedua sandalnya, mengambilkan air untuk wudlunya dan mengambilkan bantal untuk tidurnya. Sampai-sampai Abu Musa al-Asy’ari berkata, “Saat aku datang bersama saudaraku dari Yaman, kami tinggal beberapa waktu. Dalam masa itu, kami hanya melihat ‘Abdullah sebagai seorang Ahli Bait Nabi SAW karena kami melihat betapa seringnya ia dan ibunya menemui Nabi SAW. Dan karena ‘nyantri’nya yang begitu lama dengan Nabi SAW, ia begitu terpengaruh dengannya dan dengan petunjuknya hingga Hudzaifah berkata mengenainya, “Aku tidak mengenal seorang pun yang lebih dekat petunjuk dan sifatnya dengan Nabi SAW selain Ibn Ummu ‘Abd (Ibn Mas’ud).”

Kemudian ‘Utsman mengangkatnya jadi Amir di Kufah, lalu mencopotnya dan memeritahkannya agar kembali ke Madinah. Di Madinah lah beliau (‘Aly) wafat (dibunuh oleh Ibn Muljam, orang persia-red.,), tepatnya pada tahun 32 H dan dikuburkan di pekuburan Baqi’ dalam usia 70-an tahun.

Manaqib

Beliau termasuk sahabat yang paling hafal dan mahir alquran, maka rusullulah sangat senang mendengarkan Alquran darinya, dia meriwayatkan suatu ketika Rosulullah SAW memintakku membacakan surat annisa’ padanya, dan aku mengatakan: bagai mana saya bacakan alquran padamu sedangkan ia diturunkan padamu. Nabi menjawab: saya senang mendengar Alquran dari bacaan orang lain. Kemudian saya bacakan hingga ayat 41 dan bergelinang air matanya.

Ia pernah diutus ‘Umar bin al-Khaththab ke Kufah untuk mengajarkan urusan agama kepada penduduknya dan mengutus ‘Ammar bin Yasir sebagai Amirnya. ‘Umar mengomentari, “Sesungguhnya keduanya termasuk orang-orang cerdas di kalangan shahabat Nabi SAW, karena itu ikutilah mereka.”

Masruq mengatakan:
puncak ilmu sahabat pada enam orang: Umar Bin Khottab, Aly Bin Abi Tholib, Abdulah Ibnu Mas’ud, Ubai Bin Ka’ab, Abu Darda’, Zaid Bin Sabit. Dan puncak dari enam itu pada dua orang: Aly Bin Abi Tholib, Abdullah Bin Mas’ud.

Kedudukan dalam Tafsir

Ibnu Jarir at Thobari meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dia mengatakan. “ apabila kami belajar sepuluh ayat maka kami tidak akan pindah ke ayat yang lain kecuali setelah mengetahui arti dan mengamalkan petunjuknya". Atsar ini menjelaskan betapa besarnya Ihtimam perhatian Ibnu Mas’ud dalam memahami kitabullah.

Uqbah Bin Amir pernah berkomentar:
Saya tidak mengetahui yang paling Arif dan paham tentang Alquran dari Ibnu Mas’ud, Abu musa Al-asyari mengomentari lebih lanjut hal itu karena dia sering mendengar ayat-ayat, manakala kami tidak bisa mendengarnya, dia sering diizinkan masuk rumah Rosulullah tatkala kami tidak bisa masuk.

Riwayat Tafsir

Ibnu Mas’ud sahabat yang paling banyak meriwayatkan tafsir setelah Ibnu Abbas, as Suyuty dalam Itqon mengatakan: Inbu Mas’ud lebih banyak meriwayatkan dari Aly.

Di antara murid-murid Ibnu Mas’ud yang terkenal adalah Masru’ Ibnu Ajda’ alhamdani, Alqomah Inbu Qois Annakhoi’, Aswad Ibnu zaid.

Berikut riwayat yang masyhur dari Ibnu Mas’ud:
A. Dari A’masy, Abu dhoha, masruq, Ibnu Mas’ud, riwayat ini yang paling shoheh dan diriwayatkan bukhori dalam shohehnya.
B. Dari Mujahid, Abu Ma’mar, Ibnu Mas’ud, ini juga termasuk riwayat shoheh diriwayatkan bukhori dalam shohehnya.
C. Dari A’masy, Abu Wail, Ibnu Mas’ud, diiwayatkan bukhori dalam shohehnya.
D. Dari As suddy kabir, Murrah alhamdani, Ibnu Mas’ud, diriwayatkan Al hakim dalam Mustadrok.
E. Dari Abu Waroq, Dhohak, Ibnu Mas’ud, Ibnu jarir merwayatkan dalam tafsirnya, riwayat ini tidak benar karena dhohak tidak bertemu dengan Ibnu Mas’ud(Munqoti’)

3. ‘ABDULLAH BIN ‘ABBAS

Beliau adalah anak paman (sepupu) Rasulullah SAW, lahir tiga tahun sebelum hijrah. Beliau hidup bersama Rasulullah SAW dan ‘nyantri’ karena ia adalah anak pamannya (sepupunya), sedangkan bibinya Maimunah di tanggung oleh Nabi SAW. Rasulullah pernah merengkuhnya ke dada beliau seraya berdoa, “Ya Allah, ajarilah ia al-Hikmah.” Dalam suatu riwayat disebutkan, “(Ajarilah ia) al-Kitab (al-Qur’an).”

Manaqib
Ketika mengajarinya berwudlu beliau SAW berdoa, “Ya Allah, anugerahilah pemahaman agama kepadanya.” Berkat doa yang diberkahi ini, ia kemudian benar-benar menjadi ‘tinta’ nya Umat (lautan ilmu) di dalam menyebarkan tafsir dan fiqih. Allah menganugerahinya taufiq di dalam bergiat mendapatkan ilmu dan bersungguh-sungguh di dalam menuntutnya serta bersabar di dalam menerimanya. Dengan begitu, ia meraih kedudukan yang tinggi sampai-sampai Amirul Mukminin, ‘Umar bin al-Khaththab RA mengundangnya ke majlis-majlisnya dan mengambil pendapatnya. Orang-orang Muhajirin berkata (kepada ‘Umar), “Tidakkah engkau undang anak-anak kami sebagaimana engkau undang Ibn ‘Abbas.?” Maka, ia menjawab, “Itulah pemuda yang menginjak dewasa, yang memiliki lisan yang banyak bertanya dan hati yang banyak akalnya.”

Pada suatu hari, ‘Umar mengundang mereka, lalu tak berapa lama menghadirkan Ibn ‘Abbas bersama mereka untuk memperlihatkan kepada mereka kebenaran langkahnya tersebut. ‘Umar berkata, “Apa pendapat kalian mengenai firman Allah, “Bila telah datang pertolongan Allah dan Penaklukan.” (surat an-Nahsr hingga selesai). Maka, sebagian mereka berkata, “Kita diperintahkan agar memuji Allah dan meminta ampun kepada-Nya bila kita menang (dapat menaklukkan Mekkah).” Sebagian lagi hanya terdiam saja. Lalu, ‘Umar pun berkata kepada Ibn ‘Abbas, “Apakah kamu juga mengatakan demikian.?” Ia menjawab, “Tidak.” Lalu ‘Umar bertanya, “Kalau begitu, apa yang akan kamu katakan.?” Ia menjawab, “Itu berkenaan dengan ajal Rasulullah SAW di mana Allah memberitahukan kepadanya bila telah datang pertolongan-Nya dan penaklukan kota Mekkah, maka itulah tanda ajalmu (Yakni Rasulullah-red.,), karena itu sucikanlah Dia dengan memuji Rabbmu dan minta ampunlah kepada-Nya karena Dia Maha Menerima taubat.” ‘Umar pun berkata, “Yang aku ketahui memang seperti yang engkau ketahui itu.” Ibn Mas’ud berkata, “Sebaik-baik Turjumaan al-Qur’an (penerjemah) adalah Ibn ‘Abbas. Andaikata ia seusia kami, niscaya tidak seorang pun dari kami yang menandinginya.” Padahal, Ibn ‘Abbas hidup setelahnya (Ibn Mas’ud) selama 36 tahun kemudian. Nah, bagaimana pendapat anda mengenai ilmu yang diraihnya setelah itu.?

‘Atha` berkata, “Aku tidak pernah melihat sekali pun ada suatu majlis yang lebih mulia dari majlis Ibn ‘Abbas dari sisi fiqih, demikian juga yang paling agung dari sisi wibawanya. Sesungguhnya para ahli fiqih berada di sisinya, para ahli Qur’an berada di sisinya dan para ahli sya’ir juga berada di sisinya. Ia menimbakan untuk mereka semua dari lembah yang luas.” (alias mengajarkan ilmu yang banyak-red.,)

Saat ia diangkat jadi Amir haji tersebut oleh khalifah ‘Utsman itu adalah tahun 35 H, lalu diangkat jadi penguasa di Bashrah oleh khalifah ‘Aly bin Abi Thalib namun tatkala ia (‘Aly) meninggal karena terbunuh, ia pulang ke Hijaz, bermukim di Mekkah kemudian keluar dari sana menuju Tha`if dan wafat di sana pada tahun 68 H dalam usia 71 tahun.

Kedudukan dalam Tafsir

Tergambar jelas kedudukan Ibnu Abbas dalam tafsir dari perkataan muridnya Mujahid: “
apabila ia menafsirkan ayat alquran saya melihat cahaya dari apa yang di tafsirkannya”.

Dalam moment lain Aly mengambarkan: “
Seakan dia melihat hal goib dari pengahalang (sitar) yang halus”

Ibnu Umar menggambarkan: “Ibnu Abbas adalah umat Muhammad yang paling tahu tentang yang di turunkan pada Muhammad” ini di karenakan sering di jadikan rujukan oleh para sahabat dan tabiin jika mereka mendapatkan masalah dalam memahami ayat.

Dalam riwayat lain Ibn ‘Umar pernah berkata kepada salah seorang yang bertanya mengenai suatu ayat kepadanya, “Berangkatlah menuju Ibn ‘Abbas lalu tanyakanlah kepadanya sebab ia adalah sisa shahabat yang masih hidup yang paling mengetahui wahyu yang diturunkn kepada Nabi SAW.”

Abu Wa`il berkata, “Saat Ibn ‘Abbas menjadi Amir haji atas perintah khalifah ‘Utsman, pernah ia berbicara kepada kami dengan membuka dengan surat an-Nur; membaca dan menafsirkannya. Selama ia begitu, aku pun bertutur pada diriku, ‘Aku tidak pernah melihat atau pun mendengar ucapan seseorang sepertinya. Andaikata didengar oleh orang-orang Persia, Romawi dan Turki (waktu sebelum Islam-red.,), pastilah mereka semua masuk Islam.”

Riwayat Tafsir

Ibnu Abbas memiliki riwayat tafsir yang banyak sehingga sering kita dapati dari setiap ayat dia memiliki pendapat dan tafsiran, berikut ini riwayat yang masyhur dari Ibnu Abbas RA:

A. Dari Muawiyah Bin sholeh, aly Bin Abi Tholha, Ibnu Abbas. Riwayat ini yang paling bagus, diriwayatkan Ibnu jarir, Ibn Abi Hatim, Ibnul Munzir, Bukhori, Muslim dalam shoheh mereka dan Ashab sunan lainnya.
B. Dari Qois Bin Muslim Al-kufy, A’tho’ Bin Saib, Said Ibnu Jabair, Ibnu Abbas, riwayat ini sesuai dengan syarat Syaikhaini.(Bukhori dan Muslim) diriwayatkan Hakim dalam Mustadrok.
C. Dari Ibnu Ishaq (sohib siroh), Muhammad Ibn Abi Muhammad maula Ali zaid bin Sabit, akrimah, Ibnu Abbas di riwayatkan Ibnu Jarir, Ibn Abi Hatim, Tabroni dalam Mu’jam.
D. Dari Ismail Bin Abdirrahman, Abi malik, Abu sholeh, Ibnu Abbas
E. Dari Abdul Malik Ibnu Juraij, Ibnu Abbas
F. Dari Dhohaak Ibnu Muzahim alhilaly, Ibnu Abbas. Riwayat ini Munqiti’.
G. Dari Atiyah Aluafi, Ibnu Abbas, riwayat ini tidak magus karena Atiyah Dhoif.
H. Dari Muqotil Ibnu Sulaiman alazdy,
I. Dari Muhammad ibnu Saib alkalby, Abu Soleh, Ibnu Abbas.

4. UBAI BIN KA’AB

Beliau adalah Ubai Bin Ka’ab Ibn Qois Al ansori Al khojrazi, memilki sapaan (kunyah) Abu munzir dan Abu Thufail. Serta Ikut perang badar, Umar mumujinya “ Ubai Sayyid Muslimin” terdapat khilaf tahun kematiannya, banyak dari pendapat itu bahwa beliau meniggal masa khilafah Umar Bin Khottab.

Manaqib

Beliau pembesar para Qurra’, salah satu penulis wahyu Rosulullah, hal ini dikuatkan bahwa Rosulullah pernah berkata: “ Yang paling baik bacaannya Ubai Bin Ka’ab”(RH Tarmizi dan Ibnu Majah)

Kedudukan dalam Tafsir

Ubai bin ka’ab termasuk sahabat yang paling paham kitabullah, diantara faktor yang menjadikan demikian adalah sebelum dia masuk Islam dia termasuk ulama yahud yang paham dan mengetahui rahasia dan isi buku-buku lama, dan karena dia salah satu penulis wahyu Rosulullah SAW hal ini mendorongnya lebih banyak mengetahui Asbabunnuzul, ayat pertama dan terakhir turun, Nasikh dan Mansukh.

Diantara murid-muridnya yang masyhur adalah Zaid Bin Aslam, Abul A’liyah Arrrayyahi, Muhammad Ibn Ka’ab Alqurzhi.

Riwayat tafsir

Berikut adalah riwayat dari Ubai Bin Ka’ab:
A. Dari Abu Ja’far ar Rozi, Ribi’ Ibnu Anas, Abul A’liyah, Ubai RA. Diriwayatkan Inbu Jarir, al Hakim, Imam Ahmad dalam Musnad.
B. Dari Waqi’ Ibnu Sofyan, Abdillah Muhammad Ibnu A’qil, Thufail Ibn Abai Bin ka’ab, Ubai Bin Ka’ab. Diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad.

CATATAN: * Hal ini karena ayahnya mati dalam ‘agama’ jahiliyyah sedangkan ibunya hidup dalam masa Islam dan memeluk agama Islam.
Penulis:Hidayatullah Ismail:(Mahasiswa pasca sarjana Magister S2 di Fakultas Ushuluddin Spesialisai Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur'an Omdurman Islamic University of Sudan)
;

0 Comments:

Post a Comment

<< Home